Pages

Banner 468 x 60px

 

Minggu, 15 Desember 2019

Identifikasi Kepribadian yuk!

0 komentar


MENGENAL CIRI-CIRI KEPRIBADIAN 


hola sobat nurse, menurut kamu kepribadian itu apa sih? Sebenarnya kita masuk kedalam kepribadian yang mana yaaa? Yuk simak artikel dibawah ini! 

Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

kata kunci : penyesuaian diri

Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN


menurut Abin Syamsuddin (2003)

1. Karakter ; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

2. Temperamen ; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan

3. Sikap ; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen

4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa

5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.

6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN SEHAT:


1.Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

2.Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

3.Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.

4.Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

5.Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

6.Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)

7.Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

8.Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

9.Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10.Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.

11.Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

CIRI-CIRI KEPRIBADIAN TIDAK SEHAT:


1.Mudah marah (tersinggung)

2.Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 

3.Sering merasa tertekan (stress atau depresi)

4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang 

5.Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum 

6.Kebiasaan berbohong 

7.Hiperaktif

8.Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 

9.Senang mengkritik/ mencemooh orang lain 

10.Sulit tidur 

11.Kurang memiliki rasa tanggung jawab 

12.Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis) 13.Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama 

14.Pesimis dalam menghadapi kehidupan 

15.Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Nah sobat nurse, kira-kira kamu termasuk ciri-ciri yang mana nih? 

Jangan lupa nantikan artikel kami selanjutnyaaaa. 




Read more...

Jumat, 13 Desember 2019

Panggil Kami Ners!

0 komentar

Panggil Kami Ners, Bukan Lagi Suster!

Sobat Nurse, tau gak sih kalo sekarang kita harus membudayakan memanggil Ners pada perawat di Rumah Sakit?

 
Istilah Ners merupakan pengganti yang diberikan pada perawat yang telah menempuh pendidikan Sarjana (S-1) dan Pendidikan Profesi Ners. Di Indonesia, masyarakat belum terbiasa memanggil perawat dengan sebutan profesinya yaitu Ners. Sebagian besar masyarakat memanggil perawat dengan panggilan Suster. Padahal, perawat merupakan suatu profesi yang sudah diakui oleh negara tepatnya dikukuhkan pada saat lokakarya Nasional di Jakarta Januari 1983 dan secara konstitusi diakui pula dengan lahirnya Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014. Jadi tidak ada yang bisa membantah bahwa Perawat adalah profesi.

 
Pada Bab IV Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 tentang STR (Surat Tanda Registrasi) menjelaskan Perawat adalah profesi yakni memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan. Memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi.Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi. Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

 
Ciri-ciri profesi adalah memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian yang unik dan spesifik, serta memiliki sumpah profesi dan pengabdian pada masyarakat. Suatu profesi wajib untuk kita hargai, seperti dokter dan pengacara. Dokter akan dipanggil dokter sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan, ada juga ahli agama misalnya, akan dipanggil Ustad (islam) atau Pendeta ( kristen). Termasuk ahli hukum disebut pengacara.

Dalam Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014 Perawat terbagi dua, diantaranya Perawat Vokasional dan Perawat Profesional. Hal ini menjadi dilema, yang dimaksud Perawat Vokasional adalah Perawat lulusan Diploma 3 Keperawatan ( Akper) dan yang dimaksud Perawat Profesional yaitu Sarjana Keperawatan + pendidikan profesi Ners atau lanjut lagi spesialis di bidang Keperawatan.

Bagi lulusan pendidikan profesi Ners, mereka sepakat dipanggil sebagai Ners, hal itu diakui pula secara akademik oleh universitas tempat penyelenggara pendidikan tinggi Keperawatan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ns.Yeni Ariani,M.Kep saat diskusi daring di Forum Perawat Peduli Indonesia.

Bila kita mengingat sejarah, suster merupakan Zuster berasal dari bahasa belanda yang artinya seornag biarawati. Tentunya profesi keperawatan ini tidak hanya berasal dari perawat dari penganut kristiani namun juga ada dari berbagai agama lainnya.

Tidak hanya itu pemlan suster juga identik dengan gender atau wanita. Karena suster bila diartikan dalam bahasa inggris berasal dari kata sister yang artinya saudara perempuan. Padahal saat ini, banyak perawat laki-laki. Suster identik dengan wanita. Maka salahsatu akibatnya adalah jarang laki-laki yang menggeluti profesi ini.


Skotlandia telah berhenti memanggil suster pada perawat karena itu dianggap dapat menganggu profesionalitas kerja perawat laki-laki. Karena pada dasarnya dulu perawat di Belanda itu dipanggil dengan Verpleegster bukan Zuster.

Saat ini dunia keperawatan telah mengalami perkembangan. Dimulai dari perbahan pendidikann dari vokasional menjadi Profesional melalui pendidikan Sarjana dan Profesi Ners. Maka dari itu perlu adanya perubahan dan tuntutan profesionalitas perawat yang salahsatunya diwujudkan dengan pemanggilan Ners pada perawat.

Untuk memulainya, marilah kita mulai dari diri perawat sendiri. Dengan memanggil sesama teman, ataupun perawat lain dengan panggilan Ners, sehingga orang lain akan menilai dan mengikuti panggilan profesi ini.


Nah sobat nurse, gimana masih manggil perawat dengan sebutan sus atau ners?

Yuk kita ubah sejak sekarang!

Bahwa kami bangga karna panggilan kami.

Read more...

Senin, 09 Desember 2019

Cognitive Behavioral Therapy

0 komentar

Menyelesaikan Masalah Dengan Cognitive Behavioral Therapy


Terapi kognitif merupakan salah satu psikoterapi yang bertujuan untuk melatih cara berfikir dan cara bertindak. Yang sangkut pautnya dengan penyelesaian masalah sehari-hari. Karna saat ini terapi kognitif dapat digunakan tidak hanya penderita kelainan mental, tetapi juga pada penderita fisik, trauma dan dalam menghadapi masalah sehari-hari.

Manfaat yang diperoleh dari terapi kognitif



Terapi kognitif dapat membantu mendapatkan pendekatan solusi dari masalah yang anda temui, selain dari pada penderita penyakit gangguan mental dan fisik. Terapi kognitif dapat meningkatkan kualitas hidup anda. 

Selain gangguan kecemasan dan depresi, terapi kognitif jyuga terbukti menangani gangguan mental lainnya, antaralain: fobia, gangguan pola makan, insomnia, penyalahgunaan alcohol, gangguan panik, gangguan sex, gangguan bipolar, skizofenia, obsessive Compulsive disorder(OCD), dan Trauma. 

Penyakit fisik seperti Irritable Bowel Syndrome(IBS) Adalah salah satu contoh gangguan kesehatanfisik yang juga menerapkan terapi kognitif sebagai metode pengobatannya. 

Bagaimana terapi kognitif bekerja? 


Terapi kognitif, adalah sebuah terapi prilaku yang mana, prilaku kita adalah wujud dari apa yang kita pikirkan dan rasakan, maka dari itu perlu untuk membenahi dan memperhatikan setiap apa yang kita pikirkan. Gunakan pikiran dengan bijak, karena pikiran negative akan memunculkan energy negative yang berdampak tertariknya masalah ke dalam kehidupan kita. 

Dengan terapi kopgnitif kita membiasakan untuk berpikir positif terhadap segala sesuatu, juga mendekatkan kita pada penyelesaikan dari berbagai masalah dengan tahap-tahap : 

(1) Mengidentifikasi masalah, 
(2) fokus pada pencarian solusi, 
(3) memperbaiki pola pikir dan prilaku disetiap harinya, dan 

(4) mulai terbiasa dengan pikiran positif. 


Setelah dilakukan beberapa tahap, terapis akan mengevaluasi apakah metode ini cocok digunakan pasien terapi, ataukan ada beberapa cara yang berlu di ubah dan di modifikasi untuk penyelesaian masalah. Terapi kognitif ini memang bisa digunakan untuk mengelola masalah yang berhubungan dengan pikiran, perasaan dan prilaku anda, namun belum tentu semua orang cocok dengan terapi ini, sebaiknya ketika melakukan terapi anda jujur ketika melakukan konsultasi pertama agar terapis dapat menemukan pendekatan dan terapi yang sesuai dengan kondisi anda.
Read more...

NERS, SENYUM YUK!

0 komentar

Kekuatan Senyuman di Tengah Ketegangan

Di sisi terdalam menepati janji untuk selalu menyajikan senyuman yang tak kenal lelah dengan penuh ke ikhlasan dalam ketegangan. Inilah salah satu kecerdasan emosional yang bisa dikuasai oleh seorang perawat.


Perawat pun memiliki emosi seperti gugup, takut, sedih, jijik, muak, benci, malu dan rasa kesal. Tetapi dalam situasi yang sudah tidak asing bagi perawat, mereka mampu mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadukan pikiran dan tindakan mereka.


Matahari pagi hingga matahari sore mereka tetap berkilau dengan kilauan yang terpancar dari senyuman mereka, indah nan menawan membuat siapa pun yang melihatnya merasaka ketenangan. Ketika kedua bola mata perawat bertemu dengan bola mata pasien rasanya seluruh emosi yang mungkin banyak orang diluar sana tidak sanggup untuk menyambut dengan senyuman, tetapi perawat mampu membuat pasien tersenyum lega.


Sosok perawat bisa meiliki rasa kepekaan yang tinggi mereka mampu merasakan , memahami dan secara efektif menerapkan daya emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Perlu adanya energy pengaktif dalam peningkatan nilai-nilai etika profesi perawat.


Perawat bisa saja mendapatkan banyak tekanan dari keluarga pasien dari dokter dari rekan satu pekerjaannya tetapi perawat memiliki kelebihan yang dapat mengatasi masalah emosional dan sosial. Saat bekerja dilapangan saat mereka didalam suatu kondisi yang menenganggkan mereka mampu mencegah ketegangan yang terjadi pada pihak keluarga pasien. Dengan tegasnya dan penuh dengan senyuman meraka bisa menyusaikan diri dan selalu bersikap positif.


Dalam posisi ketegangan perawat selalu bisa mengendalikan emosi dirinya dengan bersikap santai, rileks, mengenali emosinya, bersikap sungguh-sungguh (kesabaran dan kesungguhan) serta selalu merasa positif.


Semburat seyuman seorang perawat itu diperoleh dari mereka memahami perasaan mereka, tidak menilai orang dengan cepat, menayakan pada diri mereka apa yang mereka rasakan, fokus pada hal-hal positif, mereka tahu bagaimana cara membuat hidup lebih bahagia dan bermakna, mereka tahu bagaimana mengeluarkan energy mereka secara bijak dan mereka tidak pernag lelah untuk berkembang. Dan yang terpenting semburat senyuman itu akan timbul ketika keikhlasan itu selalu dinomer satukan.

Nah sobat nurse, jangan lupa selalu berikan senyuman terbaikmu untuk pasien ya!


Read more...

INI NIH BEDANYA DOKTER DENGAN PERAWAT!

0 komentar

Sobat Nurse, tau gak sih kalau dokter sama perawat itu beda?

Yuk liat penjelasan dibawah ini!




Pertanyaan yang sering terdengar di masyarakat namun masih sebagian dari mereka masih belum paham akan peran dari dokter dan perawat. Banyak yang mengartikan bahwa perawat adalah pembantu dari dokter. Hal tersebut disimpulkan oleh masyarakat karena perawat yang bekerja setelah perintah dari dokter. Pada kenyataanya, baik perawat maupun dokter saling melengkapi. Terutama tingkat pendidikan yang dibutuhkan seorang perawat hampir sama dengan pendidikan seorang dokter. Untuk menjadi seorang perawat yang profesional menempuh pendidikan selama 5 tahun seperti halnya pendidikan dokter umum. Lulusan pendidikan keperawatan dituntut menguasai pengetahuan, memiliki sikap dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi. Agar masyarakat dapat membedakan bahwa keperawatan juga termasuk suatu profesi, diperlukan penekanan pada istilah caring yang merupakan kegiatan utama dari sebuah profesi (Chitty, 1997).



Hubungan antara perawat dan dokter adalah dua profesi yang memiliki peran cukup signifikan dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien. Dalam sebuah penelitian menyebutkan “Inhandling HIV/AIDS to gays, a doctor has a role as a care provider, a decision maker and a communicator of the actions that should be given to patients, while a nurse has a role as a care giver and a counselorby providing diagnosis and appropriate nursing care to the patients as needed.” Dapat disimpulkan bahwa peran perawat yaitu:


1. Perawat memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan teori yang telah dipelajarinya. 


2. Perawat juga melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan keterampilan serta kode etik keperawatan. 


3. Perawat diakui sebagai profesi ketika ia telah menyelesaikan pendidikan dari suatu perguruan tinggi sehingga diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional. 


4. Perawat juga melakukan pengelolaan ruang lingkup keperawatan sesuai dengan kaidah profesi. 



Peran dokter sendiri tidak sekadar menjadi agent of treatment tetapi juga sebagai agen sosial. Dokter tidak hanya menyembuhkan penyakit tetapi juga melakukan edukasi kepada masyarakat. Demikian disampaikan Dekan Fakultas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK-UMY), Dr. Erwin Santosa, Sp. A, M.Kes saat Sumpah Dokter Periode XXVII di Sportorium, Sabtu (22/5). Menurutnya, berbagai penyakit akan berkorelasi atau berhubungan dengan masalah sosial. “Misalnya, orang kena penyakit gatal-gatal karena tidak menjaga kebersihan. Fungsi dokter selain memberikan obat untuk kesembuhan pasien juga harus memberikan edukasi atau penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kebersihan. Sehingga masyarakat juga paham akan pentingnya menjaga kebersihan,”urainya. 




Nahh sobat nurse, gimana udah paham kan perbedaan dari dokter dan perawat? Jangan salah mengartikan lagi bahwa perawat itu sama dengan dokter atau hanya pembantu dokter.

Read more...

Sabtu, 07 Desember 2019

PERAWAT BUTUH TAU YANG SATU INI!

0 komentar

Sobat Nurse, kali ini kita akan membahas kenapa sih perawat butuh tau kepribadian. Yuk Simak Artikel satu ini!


Seorang perawat dalam pekerjaannya akan menghadapi pasien dengan berbagai macam kepribadian yang dimilikinya yang bersifat unik, artinya tidak ada satu pun pasien yang memiliki kepribadian yang sama persis. Perawat harus mengenal perbedaan-perbedaan yang terdapat pada pasien, teman sejawat, dan keluarga pasien serta sadar bahwa dirinya juga memiliki perbedaan dan menyadari bahwa ciri khas yang dimiliki dapat memudahkan usaha untuk mencapai interaksi positif dengan orang lain.

Kenapa seorang perawat harus tau kepribadian dirinya dan orang lain?


Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku peduli atau kasih sayang.



Kepribadian dan kualitas seorang perawat dianggap sangat penting untuk berinteraksi dan berhubungan dengan pasien serta dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Maka perawat perlu mengetahui kepribadiannya dan orang lain agar mampu mengendalikan diri saat berhadapan dengan pasien yang memiliki karakter yang berbeda-beda serta mampu berinteraksi dengan baik sehingga memberikan service yang baik untuk memenuhi kebutuhan pasien.



Mendefinisikan kepribadian sebenarnya bukan hal yang mudah karena kepribadian merupakan sesuatu yang abstrak. Kepribadian atau personality, berasal dari kata personare yang berarti topeng. Hal ini lambat laun berubah jadi istilah tentang gambaran sosial atau peran tertentu pada diri individu. Menurut G.W. Allport, ia berpendapat bahwa kepribadian adalah suatu organisasi psichophy-sis yang dinamis pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.



Dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga menjadi penentu atau mempengaruhi tingkah laku.



Perkembangan kepribadian sifatnya dinamisasi, sangat tergantung energi (lapar, haus dsb) yang disebut motif, tergantung pada tingkat kepuasan dan ketidakpuasan / kesenangan dan ketidaksenangan seseorang. Kepribadian dapat stabil atau labil tergantung pada perkembangan seseorang dalam menghadapi pengalaman hidupnya.


Untuk dapat mengembangkan diri, dibutuhkan kemauan dan kemampuan untuk mendorong diri untuk selalu berkembang dan berubah kearah yang lebih baik. Dalam menetapkan visi dan tujuan pengembangan diri diperlukan langkah sistematis dan terstruktur yang perlu dilatih dan terus dilakukan, contohnya dengan menggunakan analisis SWOT dan menetapkan POA (Plan of Action). 

Read more...

Altruisme dan Positive Thinking, Bekal Seorang Perawat

0 komentar


Altruisme dan Positive Thinking Bagi Perawat

Sobat Nurse masih inget gak tentang kenapa perawat butuh tau tentang kepribadian? Nah, artikel kali ini akan kita bahasa tuntas salahsatu sikap yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Yaitu Altruisme dan Positive Thinking.

Perawat merupakan profesi yang mulia. Dengan menjadi seorang perawat, kita harus siap mengorbankan jiwa dan raga untuk kesejahteraan pasien. Jika pilihan kita menjadi seorang perawat maka kita akan menghabiskan hidup untuk menolong orang lain, menggunakan skill, serta memadukan ilmu dengan caring. Nah, untuk menjadi seorang perawat profesional, kita dituntut untuk bisa menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Namun disamping itu, sikap seorang perawat pun sama pentingnya, karena apa gunanya skill yang mumpuni jika sikap dan perilakunya buruk. Kira-kira apa saja sih sikap yang harus dimiliki oleh seorang perawat agar memberikan citra yang baik? 

 

Sikap yang paling mendasar bagi perawat adalah altruisme. Altruisme merupakan perilaku membantu tanpa pamrih demi mementingkan kesejahteraan orang lain yang perlu dimiliki perawat dalam melaksanakan tugas keperawatan. Perilaku altruisme timbul bukan karena adanya suatu tekanan atau kewajiban, melainkan sukarela dan tidak mengharap imbalan dari pengorbanan yang telah dilakukan. Altruisme sangat erat kaitannya dengan perawat. Dibuktikan dengan altruisme terdapat di salah satu teori caring Jean Watson di dalam sepuluh faktor carative Watson, dimana Watson mengatakan mengenai pembentukkan sistem nilai humanistic-altruistik (Potter , Perry, Stockert, & Hall, 2013). Selain itu, altruisme berperan penting dalam membantu kesembuhan pasien. Menurut Nurqonitatin (2006) dalam Dewi & Hidayati (2015) telah terbukti bahwa perilaku altruistik seorang perawat mampu meningkatkan motivasi pasien untuk segera sembuh. Jika altruistik tidak dikembangkan, dapat menyebabkan munculnya perilaku seperti kurang peduli terhadap pasien, keluhan pasien tidak segera ditangani, bersikap kasar, galak, sehingga kebutuhan pasien tidak terpenuhi dan mempengaruhi citra perawat di rumah sakit. Oleh karena itu, sikap ini harus ditanamkan oleh setiap perawat karena dampak yang ditimbulkannya signifikan.





Selain altruisme, seorang perawat juga harus mengedepankan positive thinking atau berpikir positif. Menurut Peale (1977), berpikir positif adalah memandang segala persoalan yang muncul dari sudut pandang yang positif karena dengan berpikir positif individu mempunyai pandangan bahwa setiap hasil pasti ada pemecahannya dan suatu pemecahan yang tepat diperoleh melalui proses intelektual yang sehat. Berpikir positif dimulai melalui sebuah keyakinan pada diri sendiri bahwa dirinya mampu. Berpikir positif dalam sangat penting dalam praktik keperawatan. Seorang perawat sering kali dihadapkan pada masalah-masalah kesehatan pasien yang mengganggu pikiran pasien. Ketika pasien tidak mampu berpikir positif atau bisa dikatakan terpuruk, seorang perawat harus bisa meringankan beban pikiran pasien. Tugas seorang perawat bukan hanya mengangani kesehatan pasien, tetapi juga harus bisa berkomunikasi dan meningkatkan rasa optimis pasien ketika sedang berada di titik terpuruk. Jika seorang perawat tidak bisa berpikir positif, bagaimana bisa ia memberikan energi positif kepada pasiennya. Seperti yang dikatakan Monica dan Elisabeth (2011), The positive thinking isn’t destination. It’s the way of life for nurses. Sepenting itulah berpikir positif sampai dijadikan jalan hidup seorang perawat. Maka dari itu, mulailah berpikiran positif mulai saat ini karena dengan begitu bisa mengantarkan pada sikap dan kebiasaan yang positif.

Sebagai seorang perawat, kita dituntut untuk selalu bersikap baik, karena hal tersebut menentukan citra perawat di masyarakat. Mulailah ubah sikap-sikap buruk kita mulai saat ini, agar terciptanya kesan baik perawat dimata masyarakat. Perawat adalah profesi mulia, bukan hanya sebatas merawat pasien, tapi juga sebagai support system bagi pasiennya. Jangan berharap imbalan saat menolong pasien, kerjakan dengan sepenuh hati. Selalu tanamkan pikiran-pikiran yang baik agar bisa memberikan energi positif bagi orang-orang disekitar. . Mulailah tekadkan untuk menjadi seorang perawat profesional dan unggul yang mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. 


Read more...
 
Sobat Nurse © 2019